Kamis, 05 Februari 2009

Model-model pembelajaran untuk mengembangkan wawasan pengetahuan warga negara yang dapat diadaptasi dalam IPS.

Oleh Fitriyanti, 2009

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi peserta didik yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu pengalaman belajar dalam suatu lingkungan dan suasana belajar baik dilakukan secara perseorangan maupun kelompok belajar di kelas maupun di luar kelas. Model pembelajaran adalah suatu rencana strategis yang digunakan dalam mengimplementasikan kurikulum, mengatur tahapan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran (Al-Muhtar, 2007).
Menurut Gagne (1985) pembelajaran merupakan proses kegiatan mental peserta didik. Sedangkan peran guru yaitu menciptakan kondisi agar terjadinya proses pembelajaran. Sehubungan dengan proses mental dan penciptaan kondisi pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran perlu direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, potensi dan sumber pembelajaran yang relevan dengan tujuan.
Menurut Bruce dan Joyce Marsha Well terdapat empat rumpun model pembelajaran yaitu model informasi, model personal, model interaksi sosial,, dan model behavioral (prilaku). Model pembelajaran yang dapat diadaptasi dalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan wawasan pengetahuan peserta didik dengan penekanan pada pengembangan kemampuan berpikir dapat dilakukan melalui inquiry. Belajar dengan menggunakan inqury berkaitan dengan spirit menemukan dan mencari kebenaran, mengolah dan menganalisa informasi lewat berpikir tingkat tinggi. Belajar inqury adalah belajar dengan menggunakan potensi berpikir anak untuk menemukan makna sesuatu dengan menggunakan data untuk memecahkan masalah. Pendidikan IPS yang menggunakan inqqury di dalamnya terjadi interaksi edukatif yang mengembangkan kemampuan berpikir sebagai dasar tumbuhnya transformasi sosial budaya.
Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiri yaitu:
1. Orientasi terhadap masalah
Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting, karena langkah ini untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah.Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah :
a. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini, dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk memberi motivasi belajar siswanya.
2. Merumuskan masalah dan pembatasan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dinyatakan sebagai teka-teki karena masalah tersebut ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Untuk itu, teka-teki harus mengandung konsep yang jelas serta harus dicari dan ditemukan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, antara lain :
a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari. Siswa akan termotivasi belajarnya jika dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.
b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki dengan jawaban yang pasti. Guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Sebelum masalah dikaji melalui proses inkuiri, guru terlebih dahulu yakin bahwa siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
3. Menyusun dan merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji, untuk itu hipotesis perlu diuji kebenarannya. Untuk memperoleh jawaban sementara harus dikembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarangan perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat rasional dan logis.
4. Mengumpulkan fakta-fakta dan data
Merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses mental yang penting untuk pengembagan intelektual, juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan berpikir. Tugas dan peran guru di sini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan jika siswa tidak apresiatif dengan ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakbergairahan dalam belajar. Jika guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui pengajuan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga terangsang untuk berpikir.
5. Menguji hipotesis
Adalah proses menetukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan, juga mengembangkan kemampuan berpikir rasional, artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertnggungjawabkan.
6. Berdasarkan hasil analisis merumuskan kesimpulan
Merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Rumusan kesimpulan sering terjadi tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan, karena banyaknya data yang diperoleh. Untuk itu guru harus mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan sehingga kesimpulan yang dirumuskan akurat.
7. Generalisasi atau pernyataan terhadap masalah
Merupakan proses penyimpulan dan pengarahan dari guru sesuai dengan target dan materi pelajaran. Dari rumusan kesimpulan siswa, jika kurang tepat atau terjadi penyimpangan, guru membelokkan tanggapan siswa ke dalam konsep atau materi pelajaran. Dalam tahap ini guru juga akan memberikan arahan atau tuntunan untuk berandai-andai jika diterapkannya keputusan itu dalam kenyataan atau pada diri siswa secara pribadi: memperjelas tanggapan/jawaban /pertanyaan siswa. Menyimpulkan dan mempertegas keputusan dengan mengungkap dampak positif-negatif pilihan terbaik. Mempertanyakan kembali posisi pilihan siswa.
Siswa mengkaji dan menguji data baru, merespon pertanyaan dan pernyataan guru atau siswa lainnya. Menentukan pilihan/posisi secara argumental. Mencatat hal yang perlu.

Pengertian dan Jenis Pengangguran

Fitriyanti, 2009


Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar secara sosial dalam ekonomi. Di negara-negara berkembang, upaya-upaya pembangunan diarahkan pada perbaikan tingkat hidup, harga diri dan kebebasan, dengan dimensi pembangunan yang berorientasi pada pengentasan keterbelakangan dalam bentuk kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan (Suryana, 2000).
Dari total jumlah penduduk hanya sebagian yang bekerja, dan sebagian lainnya tidak bekerja. Mereka yang bekerja adalah mereka yang berminat untuk bekerja, telah berusaha mencari atau menciptakan pekerjaan, dan berhasil mendapatkan atau mengembangkan pekerjaan. Sedangkan mereka yang tidak bekerja adalah mereka yang sedang berusaha mendapatkan atau mengembangkan pekerjaan tetapi belum berhasil, dan mereka yang berniat untuk tidak bekerja. Mereka yang ingin bekerja, sedang berusaha mendapatkan (mengembangkan) pekerjaan tetapi belum berhasil mendapatkannya (menemukannya) disebut pengangguran. Istilah pengangguran (unemployment) tidak berkaitan dengan mereka yang berniat untuk tidak bekerja seperti siswa atau mahasiswa (sekalipun ada yang sambil bekerja atau berusaha mencari pekerjaan sambil sekolah atau kuliah, mereka diasumsikan tidak mencari pekerjaan), ibu rumah tangga yang sengaja memfokuskan diri untuk mengurus keluarga, atau penduduk usia kerja yang karena kondisi fisik mereka tidak dapat bekerja sehingga tidak mencari kerja (Djohanputro, 2006).
Pengangguran merupakan salah satu persoalan dalam pembangunan. Menurut Sukirno (1994) terdapat beberapa cara pengelompokan pengangguran. Pengangguran dapat dikelompokkan menurut sumber atau penyebab pengangguran. Menurut cara ini terdapat empat jenis pengangguran yaitu:
1. Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi antara pencari kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, jumlah pengangguran rendah dan pekerjaan mudah diperoleh. Sedangkan pengusaha sulit memperoleh pekerja. Untuk itu pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal inilah yang akan mendorong para pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencari kerja baru yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari pekerjaan baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur.
2. Pengangguran siklikal (cyclical unemployment)
Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi, dan hal ini mendorong pengusaha menaikkan produksi untuk itu lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya permintaan agregat mengalami penurunan. Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai hubungan juga akan mengalami kemerosontan dalam permintaan terhadap produksinya. Kemerosotan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaa-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya, maka pengangguran akan bertambah.
3. Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang akibatkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi. Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju sebagian akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor yaitu munculnya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang tersebut, biaya pengeluaran sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri sangat menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun, dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur.
4. Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya. Contohnya racun rumput telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian lainnya. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubah, memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil. Di pabrik ada kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia.
Pengangguran dapat juga dikelompokkan menurut ciri pengangguran yang berlaku. Menurut cara ini terdapat empat jenis pengangguran yaitu:
1. Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena pertambahan lowongan pekerjaan lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam jangka panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu. Pengangguran terbuka dapat pula dikarenakan kegiatan ekonomi yang menurun, kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga manusia, atau akibat kemunduran perkembangan suatu industri.
2. Penganggur tersembunyi
Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan, padahal dengan mengurangi tenaga kerja sampai jumlah tertentu tidak akan mengurangi jumlah produksi. Pengangguran ini terutama terjadi di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung kepada banyak faktor. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak negara berkembang seringkali didapati jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan agar ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar mengerjakan luas tanah yang sangat sempit. Contoh lain pengangguran tersembunyi adalah orang yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya atau tidak sepadan dengan kemampuannya.
3. Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Bentuk pengangguran terutama terjadi di sektor pertanian dan perikanan. Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu di mana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan masa menanam berikutnya dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa menuai hasilnya adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Pada periode tersebut banyak di antara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Jenis pengangguran ini hanya sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu.
4. Setengah menganggur (under employment)
Kelebihan penduduk di sektor pertanian di negara-negara berkembang disertai pertambahan penduduknya yang cepat telah menimbulkan percepatan dalam proses urbanisasi. Salah satu tujuan dari urbanisasi tersebut adalah untuk mencari pekerjaan di kota-kota. Tidak semua orang yang hijrah ke kota-kota dapat memperoleh pekerjaan. Banyak di antara mereka yang terpaksa menganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka lebih rendah dari jam kerja normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari.

daftar bacaan:
Djohanputro, (2006). Ekonomi Makro.
Sukirno, Sadono. (1994). Pengantar Ekonomi Makro Edisi Ketiga. Jakarta:Rajawali Pers.
Suryana. (2000). Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta:Salemba Empat.

Pemanfaatan Media VCD dalam Pembelajaran IPS

oleh Fitriyanti , 2009
Bagian Pendahuluan

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Menurut Buchori pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007).
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Sagala, 2007) Dengan demikian pembelajaran seharusnya bukan sekedar mentransfer pengetahuan, proses pembelajaran harus dikelola menjadi proses mekonstruksi pengetahuan. Peserta didik membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang diingat peserta didik, tetapi peserta didik harus merekonstruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal ini peserta didik dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan ide-ide dan kemudian mampu merekonstruksinya. Penerapannya di kelas, misalnya saat peserta didik sedang bekerja atau praktik mengerjakan sesuatu, memecahkan masalah, berlatih keterampilan secara fisik, menulis karangan, membaca teks kemudian menuliskan isi kesimpulannya, mendemonstrasikan dsb (Sardiman, 2007).
Pembelajaran hendaknya mengarah pada pengembangan kreativitas berpikir peserta didik dan peningkatan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dalam pembelajaran guru harus mengetahui hakekat materi pelajaran sebagai bahan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar (Sagala, 2007).
Kenyataan yang terjadi dalam pendidikan saat ini masih terdapat keluhan siswa pasif dan bosan dengan pembelajaran di sekolah termasuk pembelajaran IPS. Keluhan mengenai pendidikan IPS terekam dengan baik melalui penelitian seperti membosankan, buku teks yang penuh dengan fakta, terlalu kering dan proses pembelajaan yang monoton. Keluhan tersebut telah berjalan panjang tetapi perubahan dalam pendidikan IPS tidak mampu mengurangi keluhan tersebut (Hasan, 2007). Hal tersebut bisa terjadi karena banyak hal, salah satunya karena guru kurang kreatif dalam pembelajaran, walaupun guru telah mencoba menggunakan model, pendekatan, metode dan strategi baru namun dalam pelaksanaannya masih monoton dengan media buku seperti pembelajaran-pembelajaran biasanya. Sangat jarang guru memadukan metode pembelajaran dengan media yang bervariasi. Padahal untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses pembelajaran di kelas, ada dua komponen utama yang perlu diperhatikan yaitu metode dan media pembelajaran. Kedua komponen ini saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan (Sudjana, 2005).
Pembelajaran dengan metode apapun akan lebih menarik perhatian jika dipadukan dengan media pembelajaran yang menarik (Sudjana, 2005). Hamalik dalam Arsyad (2007) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Namun terkadang guru belum mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadikan pembelajarannya lebih bermakna. Sebagian guru berpendapat bahwa pemanfaatan media merupakan pekerjaan yang menyita waktu dan merepotkan.
Materi IPS banyak yang bersifat abstrak, oleh karena itu agar pembelajaran IPS lebih bermakna maka guru hendaknya mengaitkan materi dengan pengalaman siswa dan membuat contoh-contoh yang sesuai (Yamin, 2007). Namun dalam pembelajaran IPS terkadang tidak semua pengalaman dapat dirasakan langsung oleh siswa, misalnya dalam pelajaran ekonomi tentang pasar modal, letusan gunung berapi dalam pelajaran geografi demikian juga dengan peristiwa perang dalam pelajaran sejarah. Walaupun guru dapat membawa siswa studi lapangan, tetapi hal itu akan membebani siswa dengan biaya yang cukup besar terutama siswa yang di daerahnya tidak terdapat objek pengalaman langsung sehingga harus pergi ke daerah lain. Untuk mengatasi hal tersebut, guru dapat menggunakan media pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran adalah media audio visual. Media audio visual merupakan media yang dapat memperlihatkan gambar dan suara seperti aslinya. Banyak jenis media audio visual salah satunya VCD. Guru dapat memanfaatkan VCD yang telah siap dipasaran atau dapat juga membuatnya sendiri. Media ini dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, memperjelas konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Arsyad, 2007). Makalah ini mencoba memberi gambaran tentang pemanfaatan media audio visual jenis VCD dalam pembelajaran IPS.

(bersambung....)